Studi sebut wanita 40 persen berisiko alami depresi saat perimenopause

Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa wanita memiliki risiko 40 persen lebih tinggi untuk mengalami depresi selama periode perimenopause. Perimenopause adalah fase sebelum menopause di mana tubuh wanita mengalami perubahan hormon yang signifikan.

Studi ini dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Pittsburgh dan diterbitkan dalam jurnal Menopause. Mereka menganalisis data dari lebih dari 2000 wanita yang berusia antara 35 hingga 47 tahun dan menemukan bahwa wanita yang sedang menjalani perimenopause memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gejala depresi.

Menurut para peneliti, perubahan hormon yang terjadi selama perimenopause dapat mempengaruhi keseimbangan kimia otak dan menyebabkan perubahan suasana hati dan emosi. Selain itu, perubahan fisik seperti hot flashes, insomnia, dan peningkatan berat badan juga dapat memengaruhi kesejahteraan mental wanita.

Kondisi depresi selama perimenopause dapat berdampak negatif pada kualitas hidup wanita dan mempengaruhi hubungan sosial, pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting bagi wanita yang mengalami gejala depresi selama perimenopause untuk mencari bantuan medis dan dukungan psikologis.

Para peneliti juga menyarankan agar wanita dalam fase perimenopause melakukan gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, pola makan seimbang, dan manajemen stres untuk membantu mengurangi risiko depresi. Selain itu, konsultasi dengan dokter atau spesialis kesehatan mental juga penting untuk mendapatkan terapi atau obat-obatan yang sesuai.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara perimenopause dan depresi, diharapkan wanita dapat lebih waspada terhadap gejala depresi dan mencari bantuan jika diperlukan. Kesehatan mental wanita adalah hal yang penting dan harus dijaga dengan baik, terutama selama fase perubahan hormon seperti perimenopause.