Menurut data terbaru yang diterbitkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat, jumlah ibu yang terkena depresi pascapersalinan semakin meningkat. Depresi pascapersalinan merupakan kondisi mental yang serius yang bisa memengaruhi kesejahteraan ibu dan juga bayi yang baru lahir.
Menurut CDC, sekitar 1 dari 8 ibu mengalami depresi pascapersalinan setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Depresi pascapersalinan bisa terjadi pada ibu baru setelah melahirkan dan dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan.
Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan depresi pascapersalinan antara lain adalah riwayat depresi sebelumnya, stres yang berkepanjangan, kurangnya dukungan sosial, dan masalah keuangan. Depresi pascapersalinan dapat mengganggu proses bonding antara ibu dan bayi, serta berdampak negatif pada perkembangan emosional dan kesehatan mental ibu dan bayi.
Penting bagi ibu yang merasa mengalami gejala depresi pascapersalinan untuk segera mencari bantuan dari tenaga medis atau konselor yang berpengalaman. Terapi psikologis, obat-obatan, dan dukungan sosial dapat membantu ibu mengatasi depresi pascapersalinan dan memulihkan kesejahteraan mentalnya.
Untuk mencegah depresi pascapersalinan, penting bagi ibu untuk menjaga kesehatan mental dan fisiknya selama kehamilan dan pasca melahirkan. Mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman-teman, berolahraga secara teratur, dan menjaga pola makan yang sehat dapat membantu ibu mengurangi risiko depresi pascapersalinan.
Dengan meningkatnya kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental ibu pasca melahirkan, diharapkan angka depresi pascapersalinan dapat turun dan ibu-ibu dapat menjalani masa-masa keibuan dengan lebih bahagia dan sehat. Semoga dengan dukungan yang tepat, ibu-ibu yang mengalami depresi pascapersalinan dapat pulih sepenuhnya dan menikmati peran barunya sebagai seorang ibu.